Sejak enam bulan lalu, saya dan keluarga pindah ke desa. Kami membangun rumah kecil di sebuah kampung di tepian Bandung, bukan di komplek perumahan. Tidak ada niatan untuk mengokupansi pedesaan – pertimbangan utamanya hanyalah karena ini yang mampu kami beli dengan tabungan yang ada. Tidak jauh, jaraknya hanya 10an km sampai kota, tapi suasananya sama sekali berbeda – alamnya, masyarakatnya, suhunya, brrr…

Kami belajar banyak dari kehidupan masyarakat di desa. Saya, khususnya, mengenal para petani first-hand, melihat secara langsung cara mereka bekerja, berpikir, berbincang, bernegosiasi, yang seringkali lepas dari berbagai asumsi tentang petani yang dinarasikan di buku-buku teks, media massa, dan laporan-laporan pemerintah. Pengamatan saya, tentunya, tidak merepresentasikan gambaran seluruh petani di Indonesia – tidak pula bahkan di Jawa Barat. Justru, mendalami dunia petani membuat saya sadar bahwa stereotype itu tidak ada – setiap orang adalah berbeda.

Meskipun begitu, layaknya penelitian sosial kualitatif pada umumnya, saya berusaha untuk bersumbangsih di dalam cara-cara baru dalam melihat dan memahami sebuah fenomena. Catatan etnografi ini pada akhirnya dimaksudkan untuk memberikan insights atas cara dunia akademis memahami petani dan masyarakat pedesaan, mendobrak paradigma lama (walau kadang meng-iya-kan apa yang sudah diketahui dan diteorisasi tentang ‘petani’). Di dalam penelitian kualitatif, kita tidak bicara tentang sejauh mana bukti empiris merepresentasikan populasi (berbeda dengan riset kuantitatif), tetapi sejauh mana bukti empiris mengukuhkan atau menggoyang teori sosial yang ada. Lagipula, secara praktis, fenomena sosial tidak selalu bisa direduksi menjadi angka – hanya karena sesuatu itu tidak representatif dari seluruh populasi, bukan berarti sesuatu itu tidak ada, khan?

Di tengah ke-riweuh-an pekerjaan, saya bergulat untuk mulai menulis lagi (meskipun kotretan-kotretannya sudah ada di kepala sejak lama). Istri saya-lah yang memaksa ini semua untuk ditumpahkan, karena ada beberapa hal yang layak untuk dibagikan ke dunia. Jadi, dalam beberapa post ke depan, berselang muntahan celoteh lain, melalui weblog ini (khususnya dalam kategori ‘@berproses bersama petani’), saya akan mencoba berbagi kepingan-kepingan catatan etnografi tentang hasil belajar dan berproses saya bersama petani, langkah demi langkah. Semoga.

Tinggalkan Balasan